Sore itu jam 17.16 sedikit mendung, tiada pertanda buruk akan terjadi. Tiba-tiba bumi bergetar. Gempa bumi mengguncang, Getaran itu mebuatku terhempas dari duduk ku, untuk berdiri pun ku tak mampu. Aku merangkak menuju pintu rumah. diluar terlihat pohon pohon bergetar dan meliuk liuk. rumah dan tiang tiang listrik sepertinya hendak rebah.. Dua menit getaran itu mengguncang, sejenak sepi dan tiba tiba teriak dan tangis membahana di seluruh penjuru. Teriak" kebakaran, kebakaran" diringi tangis, teriak "runtuh runtuh , rumah nya runtuh" tangis juga membahana. Seketika aku sadar.... "anak ku dimana? istriku dimana?" dan kulihat dua anak dan istriku berpelukan, terduduk aspal depan rumah, dan kuhampiri serta memeluk mereka. Tiba tiba isteri ku meronta serta berteriak anak kita "putri lagi di kampus bagaimana keadaannya ? " "coba telepon?" ternyata jaringan komunikasi juga langsung mati. Aku terbangun dari kebingungan ku, segera ku tegakan sepeda motor yg dari tadi sudah rebah. Ku strater sepeda motor menuju kampus, Diperjalana terlihat orang orang serba bingung, tangisan dimana mana, asap kebakaran dimana mana, debu bangun runtuh di mana mana, Teriakan tsunami juga membuat orang lebih bingung. Kupastikan kupacu sepeda motor menyusul anak ku yang masih berada di kampus, kenderaan mobil, sepeda motor ,orang berlairan sepeti semua gak jelas tujuaanya. Kekacauan pun terjadi. sepeda motor senggolan dan terjatuh, mobil tabrakan, sepertinya keselamatan berkenderaan juga sudah tidak penting.

Sesampai di kampus terlihat para mahasiswa ada dijalanan menolong rekannyayang terjatuh, menuntun rekannya yang terguncang, hatiku perih melihat ini, hatiku masih bertanya tanya bagaimana nasib anaku. Kucoba menerobos masuk kampus namun aku dilarang karena sangat berbahaya. Sejurus kulihat dikerumunan orang orang ada yg kukenal sebagai sahabat anak ku, Kutanya dia "om putri gak apa apa , dia sudah diantar pulang , karena tadi sempat terjatuh dari sepeda motor" seketika perasaan ku lega.
Saat aku pulang kerumah malam telah menghampiri, seketika kota ini menjadi kota mati, semua gelap. dan seketika bangunan bangunan yang dulunya berdiri megah menjadi ambruk, porak poranda. Di beberapa tempat terlihat mobilyang tertimpah bangunan. saat itu seketika semua berubah penuh tangisan diantara suara sirene ambulan yang hilir mudik menolong korban.
Jam 19.30 aku sampai dirumah kulihat anakku sudah duduk berpelukan dengan ibunya. Kami semua berpelukan dan menangis atas perlindungan Tuhan buat keluarga ini. Kami duduk melingkari lilin yang menjadi penerangan di teras rumah memanjatkan doa syukur pada Tuhan. Aku sadar alangkah manusia ini hanyalah sebutir debu , jika Tuhan berkehendak sekejap semua berubah. Semoga kejadian ini menyadarkan kita akan kuasaNya. Dengan kejadiaan ini mengingatkan kita agar lebih dekat dan tetap bersyukur kepada Tuhan.
Malam itu dilewati bersama gelapnya malam dan dinginnya malam karena saat itu hujan pun turun sangat lebat. Bersama isak tangis dan raungan sirene ambulan malam itu terlewati dan aku harus bersyukur pada Tuhan. Kutulis ini untuk mengingatkan agar aku selalu bersyukur serta selalu berusaha mendekatkan aku dengan Tuhan ku. Karena mukzijatNya dan lindunganNya aku dan keluarga ku selamat dari tragedi ini.